Kamis, 09 Januari 2014

KESENIAN BRAEN DESAGRANTUNG, KECAMATAN KARANGMONCOL,KABUPATEN PURBALINGGA 


Pada masa Pangeran Wali Syech Djambukarang, Padjajaran tidak senang kepada daerah Cahyana sebab sudah berlainan pandangan yaitu Padjajaran menganut Agama Hindu sedangkan daerah Cahyana menganut Agama Islam. Maka pada masa Pangeran Wali Machdum Kusen, Cahyana diserang oleh Padjajaran. Pada waktu itu tentara dengan jumlah yang besar dipimpin oleh seorang Patih, tetapi berkat pertolongan Allah S.W.T dan keberanian Pangeran Wali Kusen serta keuletan para santri-santri pengikutnya, tentara Padjajaran dapat dikalahkan dan kembali ke Padjajaran dengan tangan hampa. Didalam waktu menghadapi serangan tentara Padjajaran tampaklah kekeramatan Pangeran Wali Machdum Kusen yaitu pada malam hari beliau memohon kepada Allah S.W.T menjalankan sholat hajat maka datanglah lebah berbondong-bondong banyak sekali dan menyerang kepada bala tentara Padjajaran hingga lari tunggang-langgang jauh dari tapal batas Cahyana, tetapi sisa-sisa tentara masih banyak yang berhenti di sebelah barat sungai. Dengan serta merta datanglah seorang makhluk halus (jin) yang sangat besar dan akan menghancurkan tentara Padjajaran, maka larilah sisa-sisa tentara dari sebelah barat sungai tersebut, sebagai peringatan maka sungai tersebut diberi nama sungai mulih (pulang), sebab dari sungai inilah tentara Padjajaran pulang dan hingga saat ini sungai tersebut masih ada dan juga tidak ketinggalan para santri dan pengikutnya dipimpin supaya berdoa memohon kepada Allah S.W.T dan doa tersebut dikenal dengan nama “Braen”.
Braen tersebut berasal dari kata “Birai” yang berarti kabar gembira, dari Braen tersebut berisikan tentang doa-doa untuk memohon kepada Allah S.W.T . Braen dilaksanakan pada hari-hari besar Islam seperti hari raya Idul Fitri, Idul Adha dan 12 Robiul Awal yang setiap tahun diperingati dengan tradisi atau kesenian Braen yang terdapat di Desa-desa dan tempatnya di Surau makam Syech Makhdum Cahyana. Sebelum pelaksanaan biasanya para kaum wanita menata tempat dan mempersiapkan apa saja yang harus ada untuk melengkapi pelaksanaan Braen agar berjalan dengan lancar, seperti sesaji. Sebelum acara kesenian Braen dimulai pemimpin atau rubiah terlebih dahulu memanjatkan doa untuk berjalannya suatu acara berjalan dengan lancar.
Kesenian Braen dilakukan oleh orang-orang wanita dengan bunyi-bunyian trebang. Alat musik pengiring yang digunakan trebang biasanya trebang yang digunakan berukuran besar ada juga yang trebang yang berukuran kecil. Alat musik tersebut dimainkan dengan cara ditabuh dimainkan seirama dengan bait-bait yang di nyanyikan oleh para wanita yang dipimpin oleh rubiah atau pemimpin dalam kesenian Braen tersebut. Rubiah dalam kesenian Braen merupakan orang yang beroeran utama dlm memainkan trebang dan sekaligus memandu bait-bait yang mau dinyanyikan secara berurutan dan trebang yang dimainkan juga harus seirama, berbunyi nyaring dalam menabuh trebang. Lagu-lagu yang dinyanyikan rubiah lebih kurang dari 50 bait, isi dari pada Braen tersebut itu bermacam-macam anatara lain doa, sejarah, pendidikan, dan ketauhidan. Kutipan ini satu bait Braen yang berisi tentang doa :
“ Tulung matulung, tulung Tuan,
Para Wali liliran njawa nira
Lilirna ing djagate kelawan sir Allah
Para Wali bukakna lawang ing sepangat
Nabi lawan sepangat Allah,”
Terjemahan
“ Mohon pertolongan kepada Allah S.W.T
Para Wali supaya membangkitkan semnagat
Membangkitkan dunia dengan perintah Allah
Para Nabi supaya membuka pintu pertolongan
Yaitu sapangat Allah dan Rasulnya,”



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar