SEJARAH INDONESIA MELAWAN PENJAJAH JEPANG
HINDIA BELANDA – Ribuan prajurit Jepang
melompat dari kapal-kapal pendarat dan kemudian bergerak maju untuk
menguasai ladang minyak di Balikpapan. Sementara itu setelah menguasai
Hindia Belanda, seperti Pulau Jawa yang subur.
Pertaroengan diteloek Banten Menandoeng Sedjarah. Jedjadian ini tidak
diloepakan oenteok selam-lamanja. Saat itoelah pada tg. 1 Maret 2602
Balatentara Dai Nippon mendarat dan menamatkan riwajat penindasan
Belanda, Jang dimoelai oleh C.v Houtman pada tiga abad jang laloe.
Rakjat menjamboet kedatangan Balatentara Nippon dengan gembira. Ternjata
pendaratan hingga sekarang pendoedoek Banten-Sju bekerja giat bersama
Balatentara.
Kutipan tersebut diambil dari majalah bergambar dua mingguan Djawa
Baroe terbitan 1 Maret 2604 Showa atau 1944 Masehi, sebagai awal tulisan
berjudul Kissah Pendaratan Balatentara Nippon Ditanah Djawa – Riwajat
Belanda moelai dan tammat di Banten. Dalam tulisan ini, dikisahkan
tentang daratan pasukan Jepang lainnya di Cretan dan Jawa Timur, hingga
.ienyerahnya tentara Belanda. “…Dengan Tergesa-gesa Tjarda dan Ter
Poorten lari e Kalidjati, hendak menemoei Panglima Balatentara Nippon.
Maksoednja Menjatakan tidak tahan lagi berperang melawan Balatentara
Nippon jang gagah berani itoe. Mereka hendak menjerah tidak memakai
perdjandjian apa-apa. Balatentara Nippon melihat kedoea pahlawan Belanda
ini merasa sangat kasihan dan menerima penjerahan nereka. Dengan
perasaan sedih dan menjesal akan kekeliroean sendiri, maka Tjarda dan
Ter Poorten keloear dari ,goeboek ketjil—tempat permoesiawaratan di
Kalidjati dengan keinsafan, bahwa mereka terdieroemoes oleh Sekoetoenia,
Inggeris-Amerika, jaitoe : “Memakloemkan perang pada Dai Nippon dengan
tidak tahoe apa maksoednja !”
Sejak itulah Jepang berkuasa di Indonesia, salah satu negeri di
Selatan atau Nanyo yang sudah lama diincarnya, baik karena kekayaan
cumber alamnya maupun letaknya yang strategic dan menentukan untuk urat
nadi perniagaan internasionalnya. Mengingat invasi Jepang terhadap
Hindia Belanda dilakukan oleh kekuatan gabungan AL dan AD (Tentara
ke-16) yang dipimpin Letjen Hitoshi Imamura, maka begitu seluruh wilayah
ini berhasil didudukinya, langsung dibagi dalam dua kekuasaan. AL atau
Kaigun menguasai Kalimantan dan semua wilayah Indonesia bagian timur,
sementara Jawa Madura Berta Sumatra diserahkan kepada Rikugun atau AD.
Wilayah Indonesia sendiri seluruhnya berada di bawah Komando Selatan
yang berpusat di Saigon, Vietnam. Pimpinannya adalah Marsekal (Darat)
Hisaichi Terauchi, yang tugasnya mengawasi operasi militer Jepang di
seluruh wilayah pendudukannya di Asia Tenggara. Dengan kekuasaan nyata
di tangan militer, baik AD maupun AL, maka sistem pemerintahan
pendudukan Jepang baik di Indonesia maupun wilayah lain di Asia
Tenggara, semuanya bersifat militeristis.
Akhir bulan madu
Karena itu tidak heran apabila dalam waktu singkat “bulan madu”
antara balatentara Dai Nippon dengan rakyat Indonesia meredup, lalu
berakhir. Selanjutnya yang terjadi adalah bentuk penjajahan barn oleh
sesama bangsa Asia. Aspirasi nasionalisme bangsa Indonesia untuk meraih
kemerdekaan yang telah dirintis sejak mass penjajahan Belanda, tidak
lagi memperoleh tempat. Padahal sewaktu Jepang memasuki Indonesia,
rakyat pada umumnya menyambut gembira, mengelu-elukan apa yang mereka
kira akan menjadi “pembebas”.
Jepang pun pada awalnya dalam usaha memperoleh dukungan rakyat
negeri-negeri, Asia Tenggara yang mereka serbu, selalu mengetengahkan
slogan “Asia untuk bangsa Asia sendiri”, yang artinya bangsa Barat
sebagai penjajah harus enyah dari Asia. Untuk itu jepanglah yang
mempelopori pengusiran penjajah Barat dengan meletupkan perang Asia
Timur Raya. Namun slogan itu pun dapat diartikan bahwa penjajahan
terhadap bangsa Asia sebaiknya dilakukan oleh sesama bangsa Asia.
Penjajah itu adalah Jepang sebagai bangsa Asia termaju yang memiliki
aspirasi untuk berekspansi.
Pasukan Jepang tetap latihan rutin tempur dengan menggunakan senjata samurai
Cara menjajah yang keras bahkan kejam dalam sistem pemerintahan
militer, segera dirasakan oleh rakyat Indonesia, terutama mereka yang di
luar Jawa. AL Jepang atau Kaigun yang tidak punya “pengetahuan dan
pengalaman teritorial” seperti AD (yang pernah berkuasa atau memerintah
di Formosa dan Manchuria), sikapnya lebih keras dalam menguasai rakyat.
Karena itu tak mengherankan bila acap terjadi kekejaman dan pembunuhan
massal yang dilakukan oleh Kaigun, seperti yang terjadi di Kalimantan
dan wilayah lain di Indone¬sia Timur. Siapa pun baik perorangan maupun
kelompok yang dicurigai bersikap anti-Jepang, langsung ditangkap oleh
polisi militer AL yang disebut Tokkeitai. Dalam coal kekejaman, mereka
ini Bering dianggap lebih brutal daripada Kempeitai, polisi militer AD
yang amat ditakuti orang. Ketahuan menyembunyikan pesawat radio
misalnya, berarti hukuman berat termasuk mati.
KEBAIKAN JEPANG-Selain dikenal sebagai tentara
yang brutal dan ganas, tentara Jepang banyak yang bersikap baik. Salah
satu kebaikan itu adalah membentuk satuan tentara ayng anggotanya dari
pemuda lokal, Heiho, sehingga mereka mampu memiliki kemahiran bertempur
Rakyat kelaparan
Karena Jawa dianggap lebih maju dan potensial daripada daerah-daerah
lain ketika itu, maka sikap Jepang di Jawa “lebih modest” sekalipun
tetap saja menerapkan kekuasaannya dengan keras. Bangunan ekonomi dan
perdagangan tinggalan masa Belanda hancur, balk perkebunan, industri,
maupun niaga. Kekurangan sandang dan pangan mewarnai kehidupan
sehari-hari rakyat, sehingga tak jarang berbagai jenis tumbuhan atau
hewan yang tidak lazim untuk dikonsumsi terpaksa dimakan, seperti
bekicot dan daun-daunan. Pemerintah pendudukan Jepang selalu mendorong
dan memaksakan peningkatan hasil pertanian makanan di Jawa, karena
hasilnya sebagian besar harus disetorkan untuk mendukung upaya
perangnya. Tak heran penduduk Jawa yang ketika itu sekitar 50 juta jiwa,
banyak yang kelaparan. Tubuh orang-orang yang mati kelaparan, acap
ditemukan tergeletak di pinggir jalan.
Dalam waktu senggangnya tentara Jepang juga
menunjukan sifat manusiawinya seperti mengunjungi kebun binatang, Raden
Saleh, Cikini, Jakarta
Sebuah tulisan di Djawa Baroe pads 15 Maret 1944 menyebutkan days
upaya untuk melipat gandakan hasil pangan di Jawa yang hasilnya wajib
diserahkan kepada Jepang. “….berarti segala ichtiar dan tindakan jang
sampai hari ini diambil oleh Goenseikanboe diperkokoh dan diperloeas.
faitoe, misalnya tentang pengoempoelanpadi, atas kekoeasaan dan
pertanggoengan djawab Sjoetjokan mengandjoerkan setjara koeat serta
menggiatkan penjerahan padi. Dengan demikian diatoer perimbangan
diantara keboetoehan Balatentara dengan keboetoehan dalam negeri. ”
Pengumpulan padi atau bahan pangan ini diawasi dan dilakukan oleh
organisasi yang dibentuk di setiap pelosok daerah yang dinamakan
“Syokuryo Hanso Tai Shin Tai” atau barisan pelopor untuk pengangkutan
bahan pangan. Tentu saja pengangkutan ini mengarah ke gudang pangan
Balatentara Nippon.
Penderitaan akibat kurangnya bahan pangan ini tentu berdampak
terhadap kondisi kesehatan, sehingga penyakit seperti busung lapar,
beri-beri, dan berbagai penyakit lainnya akibat kurang gizi berkembang
di tengah rakyat. Angka kematian pun meningkat. Rakyat mulai membenci
Jepang karena penderitaan ini, tetapi mereka tidak mampu berbuat apa pun
karena ketat dan kerasnya pengawasan serta tindakan dart Jepang dengan
Kempeitai-nya. Sekalipun demikian pernah terjadi beberapa protes dan
pemberontakan lokal akibat kewajiban menyerahkan hasil panenan kepada
penguasa pendudukan Jepang. Misalnya yang terjadi di daerah Pekalongan
dan Singaparna, yang lalu dipadamkan oleh tentara Jepang dengan kejam
sehingga banyak petani terbunuh.
Banyak hal lain dilakukan pemerintah pendudukan Jepang, namun semua
akhirnya tertuju demi kepentingan perangnya sendiri. Mulai dart
pembentukan Tonari-gumi atau Rukun Tetangga, usaha meningkatkan produksi
pangan, obat¬obatan, ban kendaraan, pengumpulan buah jarak, sekolah
pelayaran, sekolah pertukangan, latihan kemiliteran untuk pemuda,
pembentukan Heiho, dan tentara Pembela Tanah Air (PETA), hingga
pembentukan Djawa Hookoo Kai atau Himpunan Kebaktian Rakyat (Jawa).
Himpunan ini tujuannya adalah memobilisasi potensi segala lapisan dan
golongan rakyat guna mendukung tercapainya “kemenangan akhir”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar